Pemilihan Gitu-Gitu Aja

Egois dan teguh pendirian merupakan dua nilai yang mirip, namun kedua nilai tersebut tidak akan pernah akur, satu nilai didasari oleh kesombongan, kebodohan, dan disisipi oleh suatu kepentingan sedangkan nilai yang lain merupakan produk dari tabayyun dan hati yang mantap serta lurus. Dua nilai tersebut seringkali mewarnai kehidupan berdemokrasi dimana sebagian besar adalah massa yang ikut andil dalam suatu pesta demokrasi.

Semisal suatu organisasi akan melakukan sebuah regenerasi. Lalu pendaftaran bakal calon akan segera dibuka. Adakalanya kita melakukan plotting terhadap calon-calon pengurus selanjutnya, biasanya plotting tersebut hanya membuahkan 1 nama yang dipastikan akan menjadi pemimpin selanjutnya dari organisasi tersebut, karena merupakan opsi terbaik. Saat pendaftaran calon pemimpin selanjutnya telah ditutup, keluar 5 nama yang akan menjadi calon kandidat. Karena telah melakukan plotting, maka nama-nama keempat kandidat lain tidak bernilai apa pun, nihil. Padahal pesta demokrasi belum dimulai, tetapi hasil sudah dapat dipastikan.

Cerita diatas lumrah dan sering dijumpai, bukan temporer tetapi rasanya selalu berkelanjutan, terulang kembali

Apakah hal tersebut salah?
Sayangnya iya. Kalau saudara melakukan hal seperti itu, selamat, saudara sudah mencederai makna demokrasi dengan keegoisan saudara. Tidak salah memang melakukan plotting lebih awal, tetapi bukan disitu titik jatuh masalahnya. Kalau saudara menjadikan plottingan hasil dari "perasaan kami sih",tersebut sebuah keputusan final, bisa dipastikan (maaf), kon ancen goblok

Apa gunanya serangkaian kegiatan pemilihan umum?
Apa gunanya pemaparan visi, misi, dan nilai-nilai yang akan dibawakan kedepannya?
Apa gunanya demokrasi?
Sebuah formalitas? 

Potensi seseorang untuk berkesempatan menunjukan kepedulian dan keresahannya dengan mencalonkan dirinya terkadang (bahkan sering) dibuat mangkir karena hal tersebut (sebagai secuil contoh). Memang kalau pilihan kita sudah mantap pada suatu kandidat, secara tidak sadar akan tersugesti bahwasannya hal tersebut adalah pilihan terbaik, namun apakah hal tersebut merupakan ego atau teguh pendirian? Sekali lagi, benang merah yang dapat ditarik adalah ego dan teguh pendirian sama-sama tidak dapat diganggu gugat. Bedanya ego bersumber pada perasaan dan imaji, sedangkan teguh pendirian didapat dari data-data dan fakta empiris dengan mempertimbangkan banyak faktor, misal penilaian yang telah didapat dari serangkaian kegiatan pemilihan umum (monologis, dialogis, atau hal persuasif apa pun itu).

Komentar

Postingan Populer